Penemuan baru mengungkap bahwa
para pria di pasukan-pasukan khusus militer Amerika Serikat tidak
yakin bahwa perempuan dapat memenuhi tuntutan fisik dan mental
untuk menjalankan tugas komando dalam pasukan khusus, dan
khawatir Pentagon akan menurunkan standar untuk memasukkan
perempuan di unit elite mereka. Demikian menurut berbagai
wawancara dan dokumen yang diperoleh oleh kantor berita
Associated Press.
Studi itu menemukan berbagai miskonsepsi dalam unit-unit
pasukan khusus mengenai apakah perempuan dapat melakukan
pekerjaan militer pria. Terungkap pula kekhawatiran bahwa para
pemimpin militer akan menyerah pada tekanan politik, yang
berakibat pada menurunnya standar pelatihan, menurut sebuah
dokumen.
Bukan hanya pria yang memiliki miskonsepsi ini. Para peneliti
menemukan kekhawatiran yang sama di antara perempuan dalam
unit operasi khusus.
Dan Bland, direktur manajemen pasukan untuk Komando Operasi
Khusus AS, mengatakan kepada AP bahwa hasil penelitian akan
digunakan untuk mengarahkan pendidikan bagi para anggota
pasukan ke depannya.
Sekitar 66.800 orang betugas di komando ini, termasuk 3.000
pegawai sipil non-militer. Survei disebarkan kepada 18.000 orang
dengan posisi pekerjaan dekat dengan perempuan, dan survei
memperoleh 50 persen respon. Tingkatan respon yang cukup ini,
menurut para pejabat, menujukkan minat yang tinggi terhadap topik
ini.
Studi ini merupakan bagian dari upaya Pentagon untuk membuka
semua posisi tempur militer bagi perempuan dan memberikan
alasan mengapa sebagian pekerjaan harus dibatasi hanya untuk
prajurit laki-laki.
Studi yang dilangsungkan oleh lembaga RAND Corp. mencerminkan
keraguan bahwa perempuan dapat memenuhi seluruh tuntutan
pekerjaan, menemukan keprihatinan bahwa pelecehan maupun
serangan seksual dapat meningkat, dan mengutip kekhawatiran
mengenai perilaku yang tidak setara terhadap kandidat dan
personel operasi khusus. Sebagian khawatir bila perempuan
diperbolehkan untuk menjalankan pekerjaan tertentu, mereka akan
diperlakukan lebih keras.
Rincian survei ini belum diungkap. Ini merupakan pertama kalinya
pejabat dari Komando Operasi Khusus AS secara terbuka
membahas hasil studi mengenai topik ini.
Andy Hamilton, pakar isu ini, mencatat bahwa perempuan juga
memiliki keprihatinan yang sama dengan integrasi yang lebih luas.
"Mereka khawatir ini akan menghasilkan standar yang lebih rendah
bagi pekerjaan yang saat ini hanya dibatasi bagi pria, dan ini akan
tercermin pada mereka atau perempuan yang menduduki posisi
tersebut," ujar Hamilton.
Pentagon membolehkan perempuan menduduki posisi tempur pada
2012, namun memberi waktu bagi institusi-institusi militer untuk
mengintegrasikan perempuan secara bertahap dan sistematis ke
dalam posisi di garis depan. Mulai Januari 2016, militer Amerika
diharuskan membuka semua posisi tempur bagi perempuan atau
menjelaskan mengapa perkecualian harus diterapkan.
Posisi dalam pasukan-pasukan operasi khusus, termasuk unit Navy
SEAL dan Army Delta dianggap sebagai pekerjaan militer paling sulit
dan meletihkan, dengan pelatihan yang mendorong anggota
pasukan ke batasan fisik, mental dan emosional mereka. Komando
beroperasi dalam tim-tim kecil di lokasi yang berkondisi sulit dan
terpencil.
Belum ada tanggapan untuk "Pasukan Khusus AS Tak Yakin Anggota Perempuan Bisa Jalankan Tugas Mereka"
Posting Komentar